Bisnis Ber-Etika

Sukirman, - (2009) Bisnis Ber-Etika. Dinamika SAINS, 6 (15). pp. 77-87. ISSN 1412-8489

[thumbnail of Sukirman_-_Bisnis_Ber-Etika.pdf] PDF
Sukirman_-_Bisnis_Ber-Etika.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (159kB) | Request a copy

Abstrak

Tujuan bisnis adalah memperoleh keuntungan tetapi harus berdasarkan norma-norma hukum yang berlaku. Jika suatu bisnis memperoleh keuntungan dengan cara melanggar hukum maka kebahagiaan bersifat semu, sebab pada suatu saat akan menjadi masalah, dan bisa berhadapan dengan pengadilan. Selain itu akan dibatasi oleh Negara-negara maju seperti Amerika, dan negara-negara Eropa. Misal produk kayu lapis harus berbahan baku kayu yang tidak boleh merusak kelestarian hutan tropis, dan proses produksi tidak merusak ekosistem dan lingkungan hidup. Berdasarkan etika bisnis, limbah industri yang dihasilkan dalam proses produksi harus diproses lebih lanjut sebelum dibuang. Limbah industri melalui instalasi proses dijadikan air bersih atau zat padat yang aman. Seleksi alam akan berlaku, perusahaan yang bagus akan mendapat reward, sementara yang buruk akan mendapat punishment, termasuk juga pihak-pihak yang mendukung tercapainya hal tersebut dalam hal ini Arthur Andersen. Masyarakat akhirnya lebih aware terhadap kegiatan pasar modal, pemerintah semakin hati-hati dalam melakukan pengawasan. Penyempurnaan terhadap sistem terus dilakukan. Salah satunya adalah lahirnya Sarbanes-Oxley Act, akibat mengkhianati pelaku pasar lain, Enron akhirnya terkapar karena melakukan penipuan dan penyesatan. Termasuk bagi “Enron-wannabe” lainnya, perlu berpikir ulang dua-tiga kali untuk melakukan hal serupa. Berarti muncul asumsi bahwa pasar atau dunia bisnis dipenuhi oleh orang-orang jujur, berhati mulia, dan bebas dari akal bulus serta kecurangan/manipulasi, tetapi sungguh tidak ada guna melakukan bisnis dengan mengabaikan etika dan aspek spiritual. Pemerintah melakukan pengawasan, masyarakat memberikan penilaian, dan sistem pasar akan bekerja dengan sendirinya. Belajar dari pengalaman Morgan, sebagai konsumen harus mulai belajar untuk aware terhadap praktik-praktik bisnis yang melanggar batas-batas etika, karena pada akhirnya konsumen selalu berada dalam posisi yang dirugikan, sedangkan produsen memiliki kesempatan menghindar yang lebih banyak. The winner takes all.

Item Type: Article
Subjects: Ilmu-ilmu Sosial > Perdagangan. Perniagaan > Etika bisnis
Ilmu-ilmu Sosial > Teori Ekonomi
Program Studi: Fakultas Ekonomi > Magister Manajemen (S2)
Depositing User: Users 2 not found.
Date Deposited: 05 Mar 2012 07:47
Last Modified: 05 Mar 2012 08:42
URI: http://eprints.umk.ac.id/id/eprint/176

Actions (login required)

View Item View Item